Konsepsi IBD dalam Kesusastraan (BAB III)

Ilmu Budaya Dasar secara sederhana adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep.
Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan:
1.Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam.
2.Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran.
3.Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi.
4.Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional.
Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan:
1.Sistem Religi/ Kepercayaan.
2.Sistem organisasi kemasyarakatan.
3.Ilmu Pengetahuan.
4.Bahasa dan kesenian.
5.Mata pencaharian hidup.
6.Peralatan dan teknologi.
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi, namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih, kebahagian, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat. Dalam kesusastraan IBD meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian dll. Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan. Konsep-konsep sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan utntuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial, contohnya: Keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial bertolak.
Tanpa ada maksud menciptakan dikotomi dalam kesusastraan, ada perbedaan antara literatur biasa dengan sastra. Sastra memiliki sense of love yang lebih representatif. Sebagai contoh, literatur ekonomi dapat saja mencatat angka-angka. Ada benang merah yang menyatukan konsep kebudayaan kita. Tidak heran apabila para pendiri bangsa mampu melebur diri dalam Bhineka Tunggal Ika. Kearifan budaya lokal masih kuat.
Ilmu budaya dasar yang semula dinamakan Basic Humanities berasal dari bahasa Inggris the humanities yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus.jadi the humanities berkaitan denga masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus. Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu yaitu the humanities. Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teknologi, seni dan cabang – cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat dan sebagainya. Seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi, nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya. Hampir di setiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasannya:

1.Sastra menggunakan bahasa. Sementara itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampi semua kegiatan manusia.
2.Sastra juga lebih mudah berkomunikasi karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat mengunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstra. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
3.Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang leih mudah menemukan gagasan-gagasanya dalam bentuk yang tidak normative.

Orientasi the Humanities adalah ilmu dengan mempelajari satu atau sebagian disipln ilmu yang tercakup dalam the humanities.
Ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan prosa
Istilah prosa banyak pandanannya, diantaranya: narrative fiction, prose fiction, atu fiction. Dalam bahasa Indnesia istilah tersebut sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan dideinisikan sebagai bentuk cerita, atu prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Jenis – jenis prosa:
Prosa lama meliputi:
1.dongeng-dongeng.
2. hikayat.
3. sejarah.
4. epos.
5. cerita pelipur lara.
Prosa baru meliputi:
1. cerita pendek.
2. roman / novel.
3. biografi.
4. kisah.
5. otobiografi.
Nilai-nilai dalam prosa fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung ceritamau tidak amu karya sastra langsung tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Adapun nilai yang diperoleh pembaca lewat karya sastra antara lain:
Prosa fiksi memberi kemenangan. Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari pembaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu atau kejadian yang dikisahkan. Prosa fiksi memberi informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat didalam ensiklopedi. Prosa fiksi memberikan warisan cultural. Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman – pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
IBD dan Puisi
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang unsur dari kebudayaan. puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, nyang secara padu dan utuh di padatkan kata-katanya. Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
1.Figura bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb.

Kata-kata yang ambiquitas, yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata-kata yang sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
2.Kata-kata yang konotatif, yaitu kata-kata yang sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan ilmu budaya dasar adalah:
1.Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
2.Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
3.Puisi dan keinsyafan sosial.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar